Jumat, 03 Juli 2015

KUMPULAN ASKEP : PASIEN DENGAN TUMOR / KANKER OTAK


1.      Primary survey
a.       Airway
§  Periksa jalan nafas dari sumbatan benda asing (padat, cair) setelah dilakukan pembedahan akibat pemberian anestesi. Meletakan tangan di atas mulut atau hidung.
§  Potency jalan nafas,
§  Periksa keadekwatan expansi paru
§  Periksa kesimetrisan
§  Auscultasi paru
b.      Breathing
§  Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing (kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi peningkatan produksi sputum pada jalan napas
§  Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10 X/ gangguan depresi narcotic, respirasi cepat, dangkal, cardiovasculair atau rata-rata metabolisme yang meningkat.
§  Inspeksi: Pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu pernafasan  efek anathesi yang berlebihan, obstruksi, diafragma, retraksi sternal
c.       Circulation
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi.
§  Tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial.
§  Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia, disritmia).
§  Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan.
d.      Disability : berfokus pada status neurologi
§  Kaji tingkat kesadaran pasien, tanda-tanda respon mata, respon motorik dan tanda-tanda vital.
§  Inspeksi respon terhadap rangsang, masalah bicara, kesulitan menelan, kelemahan atau paralisis ekstremitas, perubahan visual dan gelisah.
e.       Exposure
§  Kaji balutan bedah pasien terhadap adanya perdarahan.


2.      Secondary Survey : Pemeriksaan fisik
a.       Abdomen.
§  Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati teraba 2 jari bawah iga,dan limpa tidak membesar, perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit.
§  Distensi abdominal dan peristaltic usus adalah pengkajian yang harus dilakukan pada gastrointestinal.
b.      Ekstremitas
Mampu mengangkat tangan dan kaki. Kekuatan otot ekstremitas atas 4-4 dan ekstremitas bawah 4-4., akral dingin dan pucat.
c.       Integumen.
Kulit keriput, pucat. Turgor sedang
d.      Pemeriksaan neurologis
Bila perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada nervus cranialis, maka dapat terjadi :
§  Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
§  Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang, foto fobia.
§  Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.
§  Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
§  Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus menyebabkan kompresi spasmodik diafragma.
§  Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan
A. Diagnosa Keperawatan
1.      Pola nafas inefektif b/d efek anastesi
2.      Gangguan perfusi jaringan b/d pendarahan
3.      Kekurangan volume cairan b/d perdarahan post operasi.
4.      Ganggguan rasa nyaman nyeri b/d luka insisi.
5.      Resiko infeksi b/d luka insisi.

B.  Intervensi keperawatan
1.      Pola nafas inefektif b/d efek anastesi
Tujuan : mencegah obstruksi jalan nafas
Kritetia hasil : Dalam waktu 2 x 24jam pasien merasa :
-          Pola nafas efektif
-          Hilangnya sianosis atau tanda-tanda hipoksia lainnya
Interveensi mandiri :
a.       Pertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepala
b.      Auskultasi suara nafas
c.       Observasi frekuensi dan kedalaman pernafasan, otot-otot pernafasan, perluasan rongga dada
d.      Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan pernafasan dan jenis pembedahan
KOLABORASI :
a.       Berikan tambahan oksigen sesuai dengan kebutuhan
b.      berikan/pertahankan alat bantu pernafasan (ventilator)

2.      Gangguan perfusi jaringan b/d pendarahan.
Tujuan : mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran
KH : dalam waktu 3 x 24jam, hasil yang diharapkan :
-          TTV stabil
-          Adanya denyut nadi perifer yang kuat
-          Kesadaran normal
-          Pengeluaran urinarius individu sesuai
Intervensi mandiri :
a.       Ubah posisi secara perlahan di tempat tidur dan pada saat pemindahan
b.      Bantu latihan rentan gerak meliputi latihan aktif kaki dan lutut
c.       Cegah dengan menggunakan bantal dibawah lutut.
d.      Pantau TTV; palpasi denyut nadi; catat suhu/warna kulit dan pengisian kapiler
KOLABORASI :
a.       Beri cairan IV/produk-produk darah sesuai kebutuhan

3.      Kekurangan volume cairan b/d perdarahan post operasi.
Tujuan : Kebutuhan cairan pasien tercukupi
Kriteria hasil : dalam waktu 2 x 24 jam, pasien menyatakan :TTV stabil
-          Palpasi denyut nadi dengan kualitas yang baik
-          Turgor kulit normal
-          Membran mukosa lembab
-          Pengeluaran urine individu
Interveensi mandiri :
a.       Ukur dan catat pemasukan dan  pengeluaran (termasuk cairan GI)
b.      Catat munculnya mual/muntah
c.       Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer
KOLABORASI
a.       Pasang kateter urinarius dengan atau tanpa urimeter sesuai kebutuhan
b.      Berikan antiemitk sesuai kebutuhan
c.       Pantau studi laboratorium, misalnya Hb, Ht. Bandingkan studi darah praoperasi dan pascaoperasi

4.      Ganggguan rasa nyaman nyeri b/d luka insisi.
Tujuan : Nyeri pasien berkurang
KH : dalam waktu 2 x 24 jam, hasil yang diharapkan :
-          Pasien menyatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol
Interveensi mandiri :
a.       Ulangi rekaman intraoperasi/ruang penyembuhan untuk tipe anastesi dan medikasi yang diberikan sebelumnya
b.      Kaji TTV
c.       Pantau skala nyeri
d.      Observasi tanda nyeri non verbal
e.       Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin selain dari prosedur operasi
f.       Lakukan posisi sesuai petunjuk, misalnya semi-Fowler ; miring
KOLABORASI
a.       Berikan obat analgesik IV

5.      Resiko infeksi b/d luka insisi.
Tujuan  : Luka post operasi tidak terjadi infeksi
KH : dalam waktu 3 x 24 jam, hasil yang diharapkan :
-          Luka bersih tidak terjadi infeksi
Intervensi mandiri :
a.       Beri penguatan pada balutan awal/penggantian sesuai indikasi.
b.      Gunakan teknik aseptik yang ketat
c.       Secara hati-hati lepaskan perekat (sesuai arah pertumbuhan rambut) dan pembalut pada waktu mengganti
d.      Berikan perawatan kuliat pada area sekitar operasi
e.       Ispeksi kondisi luka/ insisi bedah terhadap manifestasi klinik infeksi (mis; demam, urine keruh, drainase purulen)
KOLABORASI
a.       Irigasi luka; bantu dengan melakukan debridemen sesuai kebutuhan